doa penarik rezeki syekh abul hasan asy syadzili
SyekhMuhammad Abul Mawahib Asy-Syadzili, murid dari Syech Abu Sa'id Ash-Shafrawi, beliau adalah seorang ulama besar yang pernah mengajar di Universitas Al Azhar, Mesir. Beliau sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
MANAQIB1 Al-Imam Abu Hasan Ali asy-Syadzili RA. Sayyidina Syeikh Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy Syadzili Al Maghribi Al-Hasani Al Idrisi lahir di Ghamarah, desa dekat Sabtah, Maroko, Afrika Utara pada tahun 591 H / 1195 M. Sebutan Asy Syadzili itu sendiri, menurut sebagian ulama adalah daerah tempat dimana beliau banyak menimba ilmu saat mudanya.
HadirinJemaah, Murid Thoriqoh Syadziliyah yang Allah Muliakan Syekh al Imam al Quthub al Ghouts Sayyidina Syarif Abu Hasan Ali As-Syadzili al Hasani bin Abdullah bin Abdul Jabbar, terlahir dari rahim sang ibu di sebuah desa bernama Ghomaroh, tidak jauh dari kota Saptah, negeri Maghrib al Aqsho atau Maroko, Afrika Utara bagian ujung paling barat, pada tahun 593 H / 1197 M. Beliau merupakan
SyekhAbul Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad , yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah , daerah Maghreb (sekarang termasuk wilayah Maroko , Afrika Utara) pada tahun 593 H/1197 M.
Foto Foto : MgRol_93 Waktu Ganjil Lailatul Qadar Versi Abu Hasan Asy Syadzili. Foto: Ilustrasi Malam Lailatul Qadar . Abu Hasan Asy Syadzili menerangkan waktu ganjil lailatul qadar. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mendapat malam Lailatul Qadar merupakan dambaan setiap orang Islam yang berpuasa. Nabi Muhammad SAW bersabda Lailatur Qadar ada di
lo lem va 4 hoang tu tap 1. Do'a ini diambil dari dari kitab Sirrul Jaliil Fi Khawaasi Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakiil yang dikarang oleh seorang Quthubil Auliya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili. Inilah cara yang dimaksud itu 1. Surat Ali Imran 173. Bacalah setiap ba’da Asar 450x dengan doanya 7x atau 4500 x dan doanya 313 x di waktu tengah malam. Bismillahir rahmannir rahiim… Hasbunallah wa ni’mal wakiil. 450 / 4500 x Doa Khusus "Bismillahir rahmannir rahiim… Allahumma Ya Kafi ikfini nawaibad dunya wa maishoibad-dahri wa dzullal faqri. Allahumma Ya Ghoniyyu aghnini bi ghinaka amman siwaka wa bijudika wa bi fadhlika an kholqika fa innaka qulta wa qoulukal haqqul mubiin ” ud uni astajib lakum.” Da aunaka kama amartana fastajib minna kama wa adtana. Allahumma Ya Mughni as-aluka Ghinakad-dahri ilal abadi. Allahumma Yaa Fattah iftahli baba rohmatika wa asbil alayya sitro inayatika wa sakhirli khoddama hadzihil asma-I bi syai-in, asta’inu bihi ala ma ayisyi wa amri dini wa dunyaya wa akhiroti wa aqibati amri wa sakh-khirhu li kama sakhortar riha wal insa wal jinna wal wakhsya wath-thoiro li nabiyyika Sulaiman ibni Dawuda alaihimas-salamu wa bi ahiyan, syarohiyan,adunayan,ashbawuta ali syadaya. Ya man amruhu bainal kaf wa nun, innama amruhu idza aroda syai-an an-yaqula lahu kun fayakun. Fasubhanal ladzi biyadihi malakutu kulli syai-in wa ilaihi turja’uun". 7 / 313 x Artinya "Ya Allah, Tuhan Yang Maha mencukupi, sudahilah Cukupkan kecelakaan dunia dan musibah sepanjang masa dan hinanya kefaqiran yang menimpaku. Wahai Tuhanku Yang Maha kaya, anugerahilah aku dengan kekayaan-MU, kedermawanan-MU dan kelebihan-MU. Sehingga aku tidak butuh bantuan dari selain-MU yang menjadi ciptaan-MU. Engkau telah berfirman dan firman-MU benar dan nyata ” Berdoalah kepada-KU niscaya aku kabulkan pinta mu ” Kami pun memanjatkan doa kepada-MU sebagaimana yang telah Engkau perintahkan kepada kami, maka kabulkanlah doa kami sebagaimana janji-MU untuk mengabulkan kami. Wahai Tuhan Yang Memberi Kekayaan, berilah aku kekayaan sepanjang masa dan selama lamanya. Wahai Tuhan Dzat Yang Maha Pembuka, bukakanlah pintu rahmat-MU untukku dan hilangkanlah semua yang menutup pertolongan-MU serta tundukkanlah kepadaku Khadam penjaga doa ini dengan membawa sesuatu yang dapat menolongku atas masalah penghidupanku, agamaku, dunia dan akhiratku serta akibat semua permasalahanku. Tundukkanlah kepadaku sebagaimana Engkau tundukkan angin, manusia, jin, Binatang liar dan burung-burung tunduk kepada Nabi-MU Sulaiman putra Daud AS. Dan dengan wasilah / perantara penjaga doa ini yang bernama Syekh Ahiyan, Syekh Syarohiyan, Syekh Adunayan dan Syekh Asbawut Ali Sadaya. Wahai Dzat yang perintahnya diantara huruf KAF dan NUN ” Sesungguhnya perintah-NYA hanyalah berkata JADILAH maka TERJADILAH . Maka Maha Suci Allah yang di tangan-NYA Kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan….."
HIZIB BAHR Doa Dzikir Amalan Imam Abu Hasan Asy-Syadzili As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh. Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya. Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut Pada waktu itu asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan tetapi keadaan laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga perjalanan pun menjadi tertunda. Sampai akhirnya pada suatu hari, asy syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri secara imla’ dikte kepada syaikh. Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti perintah asy syaikh. Namun asy syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. “Ayo, berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang “, ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu menyatakan masuk islam. Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahri ini sudah digelar di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul bahri mengandung Ismullohil adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel Istanbul Turki menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata Seandainya hizibku Hizib Bahri, Red. ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar, Wallahu a’lam. Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahri ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu, akan mendapat perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 pada entri kata Hizb. Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahri telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اللّهُمَّ يَاأَللهُ يَاعَظِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيْمُ أَنْتَ رَبِّى, وَعِلْمُكَ حَسْبِى, فَنِعْمَ الرَّبُّ رَبِّى, وَنِعْمَ الحَسْبُ حَسْبِى, تَنْصُرُ مَنْ تَشَاءُ وَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الرَّحيْمُ, نَسْئَلُكَ الْعِصْمَةَ فِى الْحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ وَالْكَلِمَاتِ وَالإِرَادَاتِ وَالْخَطَرَاتِ, مِنَ الشُّكُوكِ وَالظُّنُونِ وَاْلأَوْهَامِ السَّاتِرَةِ لِلْقُلُوبِ عَنْ مُطَالَعَةِ الْغُيُوبِ. “Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ya Allah, Wahai Yang Maha Luhur, wahai Yang Maha Agung, wahai Yang Maha Penyantun, wahai Yang Maha Mengetahui. Engkau Tuhanku, Ilmu-Mu cukup bagiku. Engkau sebaik-baik Tuhanku. Sebaik-baik pencukupan adalah pencuku-panku. Engkau menolong orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha memohon kepada-Mu penjagaan terhadap segala gerak-gerik, diam, kata-kata, kehendak, pikiran unek-unek, persangkaan, keraguan dan angan-angan yang menutup hati untuk dapat melihat yang ghaib. فَقَدِابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا. وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّ غُرُورًا. Allah benar-benar menguji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. QS al-Ahzab 12. فَثَبِّتْنَا وَانْصُرْنَا وَسَخِّرْلَنَا هَذَا الْبَحْرَ كَمَا سَخَّرْتَ الْبَحْرَ لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وسَخَّرْتَ النَّارَ ِلإِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وَسَخَّرْتَ اْلجِبَالَ وَالْحَدِيْدَ لِدَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وسَخَّرْتَ الرِّيْحَ وَالشَّيَاطِيْنَ وَالْجِنَّ لِسُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وَسَخِّرْلَنَا كُلَّ بَحْرٍ هُوَ لكَ فِى الأَرْضِ وَالسَّمَاءِ, وَالْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ, وَبَحْرِ الدُّنْيَا, وَبَحْرِ اْلآخِرَةِ, وَسَخِّرْلَنَا كُلَّ شَيْئٍ, يَامَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْئٍ, Karenanya, kuatkanlah kami, tolonglah kami, dan tundukkanlah lautan ini kepada kami, sebagaimana Engkau telah menundukkan lautan kepada Nabi Musa as; Engkau tundukkan api kepada Nabi Ibrahim as; Engkau tundukkan gunung dan besi kepada Nabi Dawud as; dan Engkau tundukkan angin, syetan dan jin kepada Nabi Sulaiman as. Tundukkanlah kepada kami setiap laut milik-Mu di bumi dan di langit, setiap kerajaan dan kekuasaan, dan tundukkan kepada kami lautan dunia dan akhirat. Serta tundukkan kepada kami segala sesuatu, Wahai Tuhan yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. كهيعص كهيعص كهيعص اُنْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ, وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ, وَاغْفِرْلَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ اْلغَافِرِيْنَ, وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ, وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ, وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ, وَهَبْ لَنَا رِيْحًا طَيِّبَةً كَمَا هِيَ فِى عِلْمِكَ, وَانْشُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَائِنِ رَحْمَتِكَ وَاحْمِلْنَا بِهَا حَمْلَ الْكَرَامَةِ مَعَ السَّلاَمَةِ وَالْعَافِيَةِ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا والأخِرَةِ, َإِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ, Kaaf haa yaa a’iin shaad 3x. Tolonglah kami, karena Engkau sebaik-baik penolong. Bukakan kepada kami rahmat-Mu, karena Engkau sebaik-baik Pembuka. Ampunilah kami, karena Engkau sebaik-baik pengampun dosa. Sayangilah kami, karena Engkau sebaik-baik penyayang. Anugerahilah kami rizki, karena Engkau sebaik-baik Pemberi rizki. Tunjukilah kami dan selamatkanlah kami dari kaum yang zhalim. Anugerahkan kepada kami angin yang baik, sebagaimana Yang Engkau ketahui. Tebar-kanlah angin tersebut kepada kami dari gudang simpanan rahmat-Mu. Pikulkanlah kepada kami muatan kemuliaan, keselamatan dan kesejahteraan dalam urusan agama, dunia dan akhirat. Karena Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. اللّهُمَّ يَسِّرْ لَنَا اُمُورَنَا مَعَ الرَّاحَةِ لِقُلُوبِنَا وَأَبْدَانِنَا, وَالسَّلاَمَةَ وَالْعَافِيَةَ فِىدِيْنِنَا وَدُنْيَانَا, وَكُنْ لَنَا صَاحِبًا فِى سَفَرِنَا وَحَضَرِنَا وَخَلِيفَةً فِى أَهْلِنَا, وَاطْمِسْ عَلَى وُجُوهِ أَعْدَائِنَا, وَامْسَخْهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَلاَ يَسْتَطِيْعُونَ الْمُضِيَّ وَلاَ الْمَجِىْءَ إِلَيْنَا. Ya Allah! Mudahkanlah kepada kami semua urusan kami dengan perasaan lega/rehat didalam hati dan badan kami, serta keselamatan dan kesehatan/ kesejahteraan didalam agama dan dunia kami. Jadilah Engkau sebagai teman kami sewaktu dalam perjalanan dan kehadiran kami, serta sebagai pengganti didalam keluarga kami. Binasakanlah wajah-wajah musuh kami dan ubahlah mereka di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak mampu berjalan/lewat dan kembali ke arah kami. وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلاَ يَرْجِعُونَ Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba mencari jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat nya. Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak pula sanggup kembali. QS Yasin 66-67. يس. وَالْقُرْءَانِ الْحَكِيمِ. إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ. عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ. لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ ءَابَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ. لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ. إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلاَلاَ فَهِيَ إِلَى اْلأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ. وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ. Yaasiin. Demi Al Qur’an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, yang berada di atas jalan yang lurus, sebagai wahyu yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan ketentuan Allah terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka diangkat ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula, dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. QS Yaasiin 1-9. شَاهَتِ الْوُجُوهِ 3× وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا. Buruklah wajah-wajah mereka. Dan tunduklah semua muka dengan berendah diri kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. QS Thaha 111. طس. حمعسق. مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَ يَبْغِيَانِ. Thaa siin. Haa miim aiin siin qaaf. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. QS ar-Rahman 19-20. حم حم حم حم حم حم حم. حُمَّ اْلأَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرُ فَعَلَيْنَا لاَ يُنْصَرُونَ. حم. تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ. Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, urusan diluaskan dan datang pertolongan/kemenangan kepada kami, sehingga mereka tidak mendapatkan miim. Diturunkan Kitab ini Al Qur’an dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali semua makhluk. QS al-Mukmin 1-3. بِسْمِ اللَّهِ بَابُنَا, تَبَارَكَ حِيَطَانُنَا, يس سَقْفُنَا, كهيعص كِفَايَتُنَا, حمعسق حِمَايَتُنَا, ق. وَالْقُرْآنِ اْلمَجِيْدِ وِقَايَتُنَا, Bismillah’ pintu kami, Tabaaraka’ pagar kami, Yaasiin’ atap kami, Kaaf haa yaa aiin shaad’ pelindung kami, dan Haa miim aiin siin qaaf’ pemelihara kami. Qaaf. Wal-qur-aanil majiid’, penjaga kami. فَسَيَكْفِيْكَهُمُ الله وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ 3× Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS al-Baqarah 137. سِتْرُ الْعَرْشِ مَسْبُولٌ عَلَيْنَا, وَعَيْنُ الله نَاظِرَةٌ إِلَيْنَا, بِحَولِ اللهِ لاَ يُقْدَرُ عَلَيْنَا, وَاللَّهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌبَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَجِيدٌفِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ. Tirai arasy diturunkan kepada kami dan Mata’ Pengawasan Allah memandang kami, berkat kekuatan Allah mereka tidak mampu menguasai Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang tersimpan dalam Lauh Mahfuzh. QS al-Buruj 20-22 فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ 3× Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. QS Yusuf 64. إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ 3×. Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab Al Qur’an dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. QS al-A’raf 196. حَسْبِيَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ 3× Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung. QS at-Taubah 129. بِسْمِ الله الّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ 3× Dengan menyebut asma’ Allah Yang dengan asna’-Nya itu tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ, Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung. وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. Semoga Allah melimpahkan rahmat ta’zhim dan salam sejahtera kepada junjungan kami Muham-mad, seorang Nabi yang buta huruf, dan juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Didalam suatu naskah, ada tambahan bacaan إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” QS al-Ahzab 56. Dalam sebuah naskah yang lain, ada tambahan bacaan ayat kursi اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَ لاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَ لاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ وَ لاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ. Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” QS al-Baqarah 255. Dalam naskah lainnya, ada tambahan bacaan berikut ini يَا أللهُ يَا نُورُ يَاحَقُّ يَامُبِيْنُ, اُكْسُنِى مِنْ نُورِكَ, وَعَلِّمْنِى مِنْ عِلْمِكَ, وَأَفْهِمْنِى عَنْكَ, وَأَسْمِعْنِى مِنْكَ, وَبَصِّرْنِى بِكَ, وَأَقِمْنِى بِشُهُوْدِكَ, وَأَلْبِسْنِى لِبَاسَ التَّقْوَى مِنْكَ, إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ, “Ya Allah! Wahai an-Nur Pencipta Cahaya, wahai al-Haqq Maha Benar, wahai al-Mubiin Yang Terang. Berilah aku pakaian sebagian dari Nur-Mu, Ajarilah aku sebagian dari Ilmu-Mu, Berilah aku pemahaman dari-Mu, Perdengarkanlah aku dari-Mu, Berilah kami kemampuan untuk mengeta-hui denganMu, bangkitkanlah aku untuk menyaksi-kan-Mu, berilah aku pakaian takwa dari-Mu, karena Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. يَا سَمِيْعُ يَاعَلِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيُّ يَا أاللهُ, إِسْمَعْ دُعَائِى بِخَصَائِصِ لُطْفِكَ آمِيْن. Wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Penyantun, Wahai Yang Maha Tinggi, wahai Allah! Dengarkan doaku, berkat kekhususan sifat lemah lembut-Mu. Amin. أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ الله التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ 3× Aku berlindung dengan perantaraan kalimat-kalimat Allah yang sempurna seluruhnya dari keburukan apa saja yang Dia ciptakan. يَاعَظِيْمَ السُّلْطَانِ, يَاقَدِيْمَ اْلإِحْسَانِ, يَادَائِمَ النَّعْمَاءِ, يَابَاسِطَ الرِّزْقِ, يَاكَثِيْرَ الْخَيْرَاتِ, يَاوَاسِعَ الْعَطَاءِ, يَادَافِعَ الْبَلاَءِ, يَاسَامِعَ الدُّعَاءِ, يَاحَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ, يَامَوْجُودًا عِنْدَ الشَّدَائِدِ, يَاخَفِيَّ اللُّطْفِ, يَالَطِيْفَ الصُّنْعِ, يَاحَلِيْمًا لاَيَعْجَلُ, إِقْضِ حَاجَتِى بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. Wahai Yang Agung Kekuasaan-Nya! wahai Yang Dahulu kebaikan-Nya! wahai Yang Terus Menerus pemberian nikmat-Nya! wahai Yang Membeber rizki! Wahai Yang Banyak Kebaikan-Nya! Wahai Yang Luas pemberian-Nya! Wahai Penolak balak! Wahai Pendengar doa! Wahai Yang hadir, Yang tidak pernah absen! Wahai Yang Selalu Ada di masa genting! Wahai Yang Tersem-bunyi sifat Kelemahlembutan-Nya! Wahai Yang Maha Halus Penciptaan-Nya! Wahai Yang Maha Penyantun yang tidak terburu-buru! Kabul-kanlah hajatku, berkat rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari sekalian yang pengasih. Doa Setelah Membaca Hizib Bahr Disusun oleh Syaikh Zarruq, penulis syarah Hizib Bahr. اللّهُمَّ َإِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نَحْنُ فِيْهِ, وَمَا نَطْلُبُهُ وَنَرْتَجِيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ فِى أَمْرِنَا كُلِّهِ, فَيَسِّرْلَنَا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ سَفَرِنَا وَمَا نَطْلُبُهُ مِنْ حَوَائِجِنَا, وَقَرِّبْ عَلَيْنَا الْمَسَافَاتِ, وَسَلِّمْنَا مِنَ الْعِلَلِ وَاْلآفَاتِ, وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا, وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا, ولاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. “Ya Allah! Sungguh Engkau mengetahui apa saja yang kami ada didalamnya, apa yang kami cari dan kami takuti dari rahmat-Mu dalam urusan kami seluruhnya. Karenanya, mudahkan-lah bagi kami selama dalam perjalanan kami dan hajat-hajat yang kami cari. Dekatkan kepada kami jarak yang jauh. Selamatkanlah kami dari cacat dan bencana. Jangan Engkau jadikan dunia ini menarik sebagian besar perhatian kami dan batas akhir dari pengetahuan kami. Jangan Engkau kuasakan kepada kami orang yang tidak memiliki kasih sayang kepada kami, berkat rahmat-Mu, Wahai Yang Maha Penyayang dari sekalian yang penyayang. Semoga Allah melim-pahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Miuhammad, beserta keluarga dan sahabatnya. * Teks Doa diambil dari kitab asli “Khulashoh Syawariq al-Anwar” KSA, tulisan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani Kredit fb Rahmat Rahman Koleksi Ceramah Pilihan
Imam Abu Hasan asy-Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyyah adalah seorang wali agung yang namanya selalu dikaitkan dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki derajat kewalian yang sama, sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Qarasyi قال القرشي إذا ذكرت سيدي أبا الحسن الشاذلي ذكرت فقد ذكرت سيدي عبد القادر الجيلاني وإذا ذكرت سيدي عبد القادر الجيلاني فقد ذكرت سيدي أبا الحسن الشاذلي لتوحد المقام فيهما ولأن سرهما واحد وهما لا يفترقان Al-Qarasyi mengatakan, “Ketika aku menyebut tuanku Syekh Abu Hasan asy-Syadzili, maka aku telah menyebut tuanku Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Dan ketika aku menyebut tuanku Syekh Abdu Qadir al-Jailani, maka aku telah menyebut tuanku Syekh Abu Hasan asy-Syadzili, karena keduanya memiliki dejarat yang sama, dan sirr rahasia Allah di dalam keduanya juga sama, dan keduanya tidak dapat dipisahkan.” Pada tahun 593 H, lahirlah seorang keturunan Rasulullah ﷺ di desa Ghumarah, sebuah perkampungan dekat dengan kota Ceuta di negara Maroko. Orang tuanya memberikan ia nama Ali, kelak ia akan lebih dikenal dengan julukan Abu Hasan asy-Syadzili. Ali tumbuh dalam lingkungan yang sangat taat beragama. Ayahnya bernama Abdulah bin Abdul Jabbar. Para ahli sejarah sepakat bahwa beliau adalah keturunan dari Sayyidina Hasan, cucu Rasulullah ﷺ. Menurut Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Lathaif al-Minan, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Muhammad bin Sayyidina Hasan. Sedangkan menurut Ibnu Iyadh dalam kitab al-Mafakhir al-Ulya fi al-Ma’atsir asy-Syadziliyyah, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Idris bin Umar bin Idris bin Abdullah bin al-Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan. Imam Abu Hasan asy-Syadzili memiliki postur tubuh yang kurus, jari-jemari yang panjang, warna kulit yang sangat fasih berbicara, ucapannya sangat lembut. Selain itu, ia selalu memakai pakaian yang indah dan menunggangi hewan tunggangan yang gagah. Terkadang Ia juga tak segan untuk memakai pakaian sederhana, akan tetapi beliau tidak memakai pakaian yang ditambal sebagaimana beberapa kaum sufi lainnya. Perjalanan Keilmuan Awalnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili mengambil sanad ilmu tasawuf kepada Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Harazim w. 633 H di negara Maroko. Dari guru pertamanya inilah, Imam Abu Hasan asy-Syadzili mendapatkan pengesahan sebagai pengikut ajaran tasawuf. Kemudian, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berkelana ke negara Tunisia. Di negara Tunisia inilah, ia melanjutkan berguru kepada Syekh Abu Sa’id Khalaf bin Yahya at-Tamimi al-Baji w. 628 H. Kedua guru agung Imam Abu Hasan asy-Syadzili ini adalah dua murid kesayangan Syekh Abu Madyan al-Maghrabi. Selanjutnya, pada tahun 618 H Imam Abu Hasan asy-Syadzili berguru kepada Abu al-Fath Najmuddin Muhammad al-Wasithi w. 632 H, seorang murid dari Syekh Ahmad ar-Rifa’i. Diakhir pertemuan guru dan murid inilah, Syekh Abu al-Fath Najmuddin Muhammad al-Wasithi berpesan “Engkau mencari seorang wali quthb di negara Iraq, padahal wali quthb tersebut menetap di negaramu di Maroko, kembalilah ke negara asalmu niscaya engkau akan bertemu dengan wali quthb di sana”. Atas pesan gurunya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili pun bertandang ke negara asalnya untuk mencari sang wali quthb. Imam Abu Hasan asy-Syadzili menceritakan pengalaman spiritualnya berguru kepada sang wali quthb yang bernama Syekh Abdus Salam bin Masyisy sebagaimana yang dicatat oleh Ibnu Iyadh dalam kitab al-Mafakir al-Aliyyah fi al-Ma’atsir asy-Syadziliyyah, “Aku bertemu dengannya ketika ia menetap di pucuk gunung. Ketika aku melihatnya aku pun bergegas untuk mandi seraya berniat dalam hati bahwa aku adalah seorang yang tak memiiki ilmu sedikit pun agar ia mau mengajarkan ilmu tasawuf kepadaku. Ketika aku mendatanginya ia berkata, Selamat datang wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar’. Kemudian, ia menyebutkan silsilah nasabku hingga Rasulullah ﷺ seraya berkata, Wahai Ali, engkau datang kepadaku dengan hati yang butuh terhadap ilmu dan amal, maka engkau berhak untuk mendapatkan dariku ilmu dunia dan akhirat.’ Aku terkejut dengan apa yang aku alami, aku pun berguru kepadanya selama beberapa hari hingga aku sampai pada derajat futuh terbuka mata hati. Selama aku berguru kepadanya, aku menemukan banyak keramat dan khariqul adat yang keluar darinya”. “Suatu ketika aku duduk bersamanya dan ketika itu ada seorang anak kecil yang duduk di sisi Syekh Abdus Salam bin Masyisy. Terbesit dalam benakku untuk menanyakan kepadanya tentang Asma’ Allah al-Mu’adzam. Anak kecil itu pun berkata, Wahai Abu Hasan, engkau ingin bertanya kepada Syekh tentang Asma’ Allah al-Mu’adzam, sungguh di dalam hatimu telah terdapat sirr rahasia dari Asma’ Allah al-Mu’adzam. Kemudian, Syekh Abdus Salam bin Masyisy tersenyum seraya mengatakan, Itulah jawaban yang engkau dapatkan.’ Syekh Abdus Salam bin Masyisy berkata, Wahai Ali, berjalanlah menyusuriluasnya benua Afrika, kemudian menetaplah di sebuah desa bernama Syadzilah, niscaya kelak Allah akan memberikanmu gelar asy-Syadzili’.” Fitnah dari Abu Qasim bin Barra’ Dalam perjalanannya berdakwah, tak jarang Imam Abu Hasan asy-Syadzili menemukan banyak rintangan. Di antara rintangan terberatnya adalah fitnah dari Abu Qasim bin Barra’. Awalnya, ia memulai berdakwah di ibu kota negara Tunisia dengan menetap di sebuah rumah di dekat masjid al-Bilath. Ia banyak berkumpul dengan ulama besar Tunisia seperti Abu Hasan Ali bin Makhluf as-Shaqli, Abu Abdullah as-Shabuni, dan sesamanya. Dalam waktu yang singkat, berbondong-bondonglah para ulama untuk belajar kepada Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Hingga kabar ketenaran Imam Abu Hasan asy-Syadzili menimbulkan kedengkian di hati Abu Qasim bin Barra’ yang saat itu menjabat sebagai pakar ahli fiqih kenaman di negara Tunisia. Abu Qasim bin Barra’ pun mengadu kepada Sultan Abu Zakaria, “Sungguh di daerah kita ada seseorang dari desa Syadzilah yang mengaku keturunan Rasulullah ﷺ dan ia diikuti oleh banyak orang, ia akan mengacaukan negaramu.” Abu Qasim bin Barra’ lalu mengumpulkan seluruh ulama ahli fiqih untuk berdebat dengan Imam Abu Hasan asy-Syadzili sedangkan di waktu yang sama Sultan Abu Zakaria mengawasi dari balik tirai. Perdebatan pun dimulai, seluruh ulama ahli fiqih yang hadir terdiam membisu setelah mendengarkan seluruh pertanyaan mereka dijelaskan dengan mudah oleh Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Maka kedengkian semakin membara, beberapa oknum yang dengki saat itu mengusulkan untuk mengusir Imam Abu Hasan asy-Syadzili dari negara Tunisia. Hingga beberapa waktu kemudian tersiar kabar bahwa selir sang sultan wafat akibat sebuah penyakit. Maka, sang sultan beserta seluruh pelayannya bergegas untuk memakamkannya. Ketika mereka sedang sibuk dengan urusan pemakaman, tak disangka kebakaran terjadi di rumah sang sultan. Hingga, api berhasil melahap banyak harta dan barang berharga di rumah sang sultan. Melihat hal tersebut, sang sultan pun merasa bahwa ini semua terjadi akibat perbuatan buruknya kepada Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Sultan Abu Zakaria pun bergegas meminta maaf dan mencium tangan Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Setelah kejadian tersebut, Imam Abu Hasan asy-Syadzili memilih untuk berpindah ke negara Mesir. Sedangkan kelak Abu Qasim bin Barra’ pada akhir hayatnya ditimpa musibah berupa sia-sia seluruh ilmunya, durhaka anak-anaknya dan merasakan kezaliman di masa senjanya. Ini semua terjadi karena ia telah memusuhi Imam Abu Hasan asy-Syadzili yang juga seorang kekasih Allah semasa hidupnya. Kedekatannya dengan Syekh Izzudin bin Abdissalam Kedatangan Imam Abu Hasan asy-Syadzili di kota Alexandria telah menjadi lentera ilmu yang tak kunjung padam. Duduk bersimpuh di majelis ilmunya beberapa ulama besar di zamannya, di antaranya adalah Syekh Izzudin bin Abdissalam, Syekh Taqiyuddin bin Daqiq al-Aid dan sesamanya. Di antara kisah menarik dari Imam Abu Hasan asy-Syadzili dengan Syekh Izzudin bin Abdissalam adalah suatu ketika Imam Abu Hasan asy-Syadzili menghendaki untuk berangkat haji bersama pengikutnya. Sedangkan waktu itu sedang terjadi penyerangan bangsa Tartar di Timur Tengah. Oleh karena itu, Syekh Izzudin bin Abdissalam memfatwakan untuk menunda keberangkatan haji. Imam Abu Hasan asy-Syadzili mendatangi Syekh Izzudin bin Abdissalam, “Wahai Syekh, seandainya dunia dijadikan hanya sejengkal tanah dan diberikan kepada seseorang, apakah boleh ia bepergian ke tempat yang dikhawatirkan?” Maka Syekh Izzudin bin Abdissalam menjawab, “Barang siapa yang diberikan anugerah demikian maka ia terbebas dari fatwa larangan berhaji”. “Sungguh aku bersama Allah, dzat yang tiada tuhan selain Dia. Dan Dia telah menjadikan dunia sebagai sejengkal tanah, ketika aku melihat hal yang berbahaya bagi seseorang aku akan menolongnya dan memberinya rasa aman, dan wajib adanya maqam sederajat di antara kita dihadapan Allah agar engkau memahami apa yang aku maksudkan” ujar Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Kemudian, para pengikutnya pun berbondong-bondong untuk berhaji bersama Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Akhir hayat Imam Abu Hasan asy-Syadzili Sejak kedatangannya di negara Mesir, Imam Abu Hasan asy-Syadzili telah mendapatkan isyarat mengenai tempat wafatnya. Suatu ketika ia bermunajat, “Duhai tuhanku, engkau telah menempatkanku di negara bangsa Koptik, semoga engkau wafatkan aku di antara mereka, sehingga dagingku bercampur dengan daging mereka serta tulangku berkumpul dengan tulang mereka”. Kemudian terdengarlah sebuah suara, “Wahai Ali, sungguh kelak engkau akan diwafatkan di tempat yang tidak pernah dipakai untuk bermaksiat kepada Allah”. Di akhir hayatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berangkat untuk menunaikan haji. Akan tetapi di tengah perjalanan ia mengalami sakit parah. Sebelum wafatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berwasiat untuk istiqamah membaca Hizb Bahr, “Jagalah Hizb Bahr untuk anak-anak kalian, sungguh di dalamnya terdapat Asma’ al-Mu’adzam”. Sebelum wafatnya, Imam Abu Hasan asy-Syadzili menyuruh muridnya untuk mengambilkan air di sumur terdekat. Akan tetapi, muridnya mengatakan, “Wahai tuanku, air di daerah ini asin sedangkan air yang kita bawa terasa segar”. “Bawakan air sumur kepadaku, sungguh apa yang aku inginkan berbeda dengan yang kalian persangkakan” jawab Imam Abu Hasan asy-Syadzili. Maka, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berkumur dengan air sumur tersebut dan ia mendoakan air bekas berkumurnya. Kemudian, air bekas berkumur beliau dimasukkan kedalam sumur terdekat. Dengan izin Allah, air sumur tersebut berubah menjadi segar dan melimpah. Imam Abu Hasan asy-Syadili wafat pada tahun 656 H di sebuah gurun pasir bernama Humaitsarah yang berada di antara daerah Luxor dan Qina. Penerus tarekat Syadziliyyah setelah beliau adalah Abu Abbas al-Mursi. Dalam tarekat yang beliau dirikan, Imam Abu Hasan asy-Syadzili memberikan lima dasar yang harus diikuti oleh pengikut tarekat Syadziliyyah,yaitu Bertakwa kepada Allah baik di dalam keadaan samar ataupun terang-terangan Mengikuti jejak baginda Nabi Muhammad ﷺ baik dalam perkataan maupun perbuatan Tidak bertumpu kepada manusia baik di depan mereka maupun di hadapan mereka Ridho dengan pemberian Allah baik sedikit maupun banyak Kembali kepada Allah baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah. Muhammad Tholhah al Fayyadl Mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Sumber Refrensi Kitab Lathaif al-Minan karya Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari Kitab Durratul Asrar wa Tuhfah al-Abrar karya Syekh Muhammad al-Qasim ibnu Shabagh Kitab al-Lathifah al-Mardhiyyah karya Syekh Dawud bin Bakhila Kitab al-Mafakhir al-Aliyyah fi al-Ma’atsir asy-Syadziliyyah karya Syekh Ibnu Iyadh asy-Syafi’i
doa penarik rezeki syekh abul hasan asy syadzili